Esai menuju Pengajar Praktik Angkatan 11; Bismillah
Esai menuju Pengajar Praktik Angkatan 11;
Bismillah
Syarief Hidayat
Saya
ingin mendampingi rekan-rekan saya yang sekarang sedang mendaftar menjadi calon
guru penggerak. Baik rekan saya yang satu sekolah, maupun dengan yang di luar
sekolah. Alhamdulillah pada tahun 2023 saya dinyatakan lulus dalam pelatihan
program pendidikan guru penggerak angkatan ke-6. Banyak ilmu yang saya
dapatkan. Terutama pada waktu itu, saya merasa bahwa saya hanya honorer sekolah
tidak bisa mengembangkan diri saya sebagai pendidik. adanya Program Pendidikan
Guru Penggerak dan tidak memandang honorer sekolah.
Ketika
saya mendaftar untuk menjadi calon guru penggerak. Saya status saya bekerja
sebagai guru honor di SMP Negeri 1 Cibeber. Dan ketika pelatihan berlangsung,
saya alhamdulillah sudah menjadi asn p3k di SMP Negeri 1 Gekbrong. Ini menjadi
sebuah tantangan sekaligus saya harus mentransformasi inovasi yang teklah saya
kembangkan dulu ketika saya bekerja di SMP Negeri 1 Cibeber. Inovasi yang saya
bawa dari SMPN 1 Cibeber ke SMPN 1 Gekbrong, saya meneruskan budaya literasi
yang telah tumbuh dan berkembang di SMP Negeri 1 Cibeber. Saya mengukuhkan
sebuah Komunitas di SMP Negeri 1 Gekbrong dengan nama Komunitas Apresiasi
Sastra, atau KASA SMPN 1 Gekbrong. Komunitas Apresiasi Sastra SMP Negeri 1
Gekbrong bergelut dibidang bahasa dan sastra. Baik sastra Indonesia maupun
sastra Sunda. Ada dua divisi yang jadi garapan Komunitas Apresiasi Sastra SMP
Negeri 1 Gekbrong. 1. Divisi Ekpresi Sastra. 2. Divisi Penerbitan. Tujuan
Komunitas Apresiasi Sastra SMP Negeri 1 Gekbrong Membina siswa untuk lebih
bertaqwa kepada Alloh SWT. Mengembangkang potensi apresiasi bahasa, sastra,
penerbitan buletin yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan wawasan
pendidikan berkarakter budaya bangsa. Sipat dari kegiatan tersebut adalah
bersifat apresiasi, ekspresi bahasa dan sastra, dan penerbitan buletin.
Sedangkan bentuk kegiatan nya adalah Melaksanakan apresiasi bahasa dan sastra
yang berwawasan akademis juga mengarah pada peningkatan apresiasi,
ekspresi,penerbitan bahasa dan sastra. Serta bertumpu pada pengembangan
pendidikan berakter budaya bangsa.Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan
organisasi lain yang tidak menyimpang dengan tujuan. Apresiasi bahasa, sastra,
ekspresi dan penerbitan buletin meliputi: a. Diskusi Bahasa. b. Diskusi Karya
Sastra. Ekspresi meliputi: a. Ekspresi Lisan. b. Ekspresi Tulis. Hal ini
menjadi sebuah inspirasi untuk rekan saya yang mengajar di mata pelajaran
bahasa Inggris, beliau ingin sekali membuat sebuah komunitas bahasa inggris di
sekolah SMPN 1 Gekbrong. Malah beliau sekarang sedang mengikuti pendidikan guru
penggerak angkatan 8. Alhamdulillah lulus.
Pada waktu program yang saya ajukan tidak
diberi respon, oleh kepala sekolah. Saya akan membangun komunitas terlebih
dahulu. Dari yang terkecil. Pada waktu itu saya membuat sebuah komunitas guru
seni budaya dan bahasa di SMP Negeri 1 Gekbrong. Dari sini saya akan
memunculkan ide dan saya akan mengambil pendapat dari guru-guru yang sebelumnya
saya kumpulkan.
Saya akan mengumpulkan atau mengidentifikasi
kekuatan yang ada di sekolah SMP Negeri 1 Gekbrong. Tentunya dengan menyamakan
visi dan misi. Minimalnya satu rumpun terlebih dahulu. Saya ambil rumpun bahasa
dan seni terlebih dahulu. Setelah terkumpul guru bahasa dan seni baru kita akan
membicarakan tentang ide memajukan kegiatan atau, ingin bagaimana sekolah kita
ke depannya. Dari sini, semua guru akan memaparkan semua yang diinginkan pada
setiap karakter mata pelajaran. Baik dari guru seni, maupun dari guru bahasa.
Setelah menyamakan visi dan misi untuk memajukan sekolah dari guru bahasa dan
seni, akan muncul ide-ide yang bisa dikerjakan secara kolabolasi bersama guru
bahasa dan seni. Dan hal ini juga yang saya harapkan karena dengan
berkolaborasi, tujuan kita akan terasa ringan saat dikerjakan.
Tantangan
serta kesulitan apa saja yang Anda hadapi saat bekerjasama? Upaya apa saja yang
Anda lakukan untuk memfasilitasi kesepakatan yang ada dalam kelompok tersebut?
Tantangan serta kesulitan yang dihadapi, pada tahapan ini tantangan yang saya
hadapi adalah masalah; 1. Waktu. 2. Adanya anggapan yang merendahkan dari guru
senior. Untuk masalah waktu, jelas sekali, untuk bertemu dengan rekan sejawat
disini sangatlah tidak mudah. Kita semua hanya mempunyai waktu yang sisa. Iya
memang waktu sisa kita yang telah kita pakai di kelas pada jam-jam pelajaran
berlanjut. Tetapi walaupun dengan waktu yang hanya sisa, bisa menghasilkan yang
terbaik untuk sekolah. Selanjutnya, tantangan yang datang dari dalam sekolah
yaitu anggapan yang merendahkan kegiatan dari guru-guru senior atau ada juga
yang menganggap bahwa kegiatan seperti pengembangan guru ini tidak bermanfaat.
Untuk
hasilnya....Alhamdulillah untuk hasilnya, kita mulai dengan pertemuan-pertemuan
yang diawali dengan makan-makan bersama setelah melaksanakan sholat dhuhur, dan
anak-anak pulang sekolah. Dari sini kita mulai dengan menyamakan persepsi
dengan sesama guru. Awalnya guru malu-malu untuk menyampaikan ide tentang apa
yang dia inginkan ke depan di sekolah ini. tapi dengan di stimulasi oleh yang
lain, akhirnya semua mengeluarkan ide-idenya.
Sekitar satu tahun ke belakang, terjadi guru senior
memberikan respon yang positif. di samping ada yang memberikan respon yang
negatif, ada juga yang memberikan dukungan atas kegiatan pengembangan untuk
memajukan para guru di sekolah. Masukan yang yang diberikan merupakan dukungan
moril terhadap kegiatan yang telah dan akan dilakukan. Saya sangat senang
sekali dengan adanya dukungan semua ini.
Dari umpan balik yang saya terima, baik dari
angket maupun langsung yang saya terima dengan sikap dari sekitar. Semua saya
respon dengan positif. Untuk yang memberikan respon baik, tentunya saya akan
lebih mendekatkan lagi, dan lebih terbuka dalam menyikapi semua hal yang akan
memajukan sekolah tentunya. Bagi yang memberikan umpan balik yang kurang baik,
saya harap sabar...mungkin beliau belum membuka pintu hatinya untuk menuju
kemajuan di sekolah ini.
Ada, di sini, terkadang saya akan semakin
terpicu lagi dan bahkan lebih tertantang untuk lebih lagi memusatkan pembalajaran
kepada peserta didik. Terkadang guru lain, ada saja yang tidak mengerti beliau
bisanya hanya nyinyir, tetapi saya membuktikan bahwa anak lebih menikmati
pembelajaran yang saya berikan. Seperti contoh, ketika itu anak-anak saya
menjelaskan tentang sholat dhuha, tiba-tiba waktu itu di pembukaan pembelajaran
langsung teringat sholat dhuha, mungkin karena waktu itu pagi hari. Dan sekolah
pun suka mengadakan pembiasaan sholat dhuha. Pada minggu depannya, ada anak
yang ingin sholat dhuha, dan ingin belajar di dalam ruangan mesjid. Dan
akhirnya saya langsung merespon untuk mengiyakan...Mari anak-anak kita sholat
dhuha, walaupunsaya mengajar seni budaya, tetapi anak-anak meminta untuk sholat
dhuha dan saya iya kan, setelah sholat selesai, saya menjelaskan seni yang ada
kaitannya dengan simbol-simbol agama.
Pada hari itu, cuaca cukup panas sekali,
ketika saya masuk, ke kelas 7, anak-anak ada yang sedang tiduran, dan ada juga
yang di luar. Akhirnya saya duduk di bangku guru di depan. Pada saat itu, masih
ada siswa yang tidur. Lalu saya menanyakan kepada siswa...kalian hari ini mau
apa...serentak mereka menjawab, saya mau tidur pa.....waduuuhh.... menurut
kalian tidur pada saat jam pelajaran itu bagus baik atau malah jelek...mereka
balik bertanya...menurut bapak bagaimana....dari situ, saya mempersilhakan
untuk istirahat beberapa saat saja, dengan menggunakan jam seni budaya saya
tentunya. Setelah beberapa menit sekitar 20 menit akhirnya anak-anak sudah
mulai siuman, dari yang tadi ada yang tidur, masih di luar akhirnya mereka
sadar sendiri....lalu saya mulai bertanya lagi, kenapa kalian ngantuk...panas
pa...... setelah bercerita dan mendekatkan diri dengan anak-anak, akhirnya saya
mulai dengan pembelajaran seni budaya saya...
Kejadiannya yaitu sebelum kelulusan
penerimaan Calon Guru Penggerak angkatan ke 8. Namanya Pak Nanang, saya bimbing
dan terus berikan motivasi untuk mendaftarkan diri mengikuti Pendidikan Program
Guru Penggerak. Saya fokus pada hal yang dianggap sulit. Yaitu penulisan esai.
Dengan penjelasan yang mendetail dan terperinci dan juga saya berikan contoh
yang pernah saya buat. Alhamdulillah Pak Nanang Lulus menjadi CGP angakatan 8.
Upaya yang saya lakukan, tentunya saya
membukakan diri, kepada Pak Nanang seperti ayo Pak ikut CGP, dan ternyata
gampang Pa....Nah dari sini, Pak Nanang mulai tertarik dan serius untuk
mendaftarkan diri ikut CGP angkatan 8. Lalu saya menanyaka hal yang sulit mana
yang Pak Nanang tidak bisa, dan tentunya akan saya bimbing kapan pun di mana
pun. Setelah Pak Nanang membaca contoh-contoh esai, akhirnya saya bimbing
membuat esai dan akhirnya bisa selesai.
Saya memberikan contoh esai yang pernah saya
buat, dan ternyata Pak Nanang mulai mempelajarinya dengan serius. Dari sini,
saya akan membimbingnya dengan beberapa tahapan. Pertama esai secara umum, apa
itu esai dan bagaimana kita cara menuangkannya dalam sebuah tulisan. Dari awal
saya tegaskan, jangan pernah mencari jawaban ke google. Karena kalau kita
mencari contoh di google ketika di cek plagiarisme akan tidak unik, alis hasil
dari google. Kalau hanya untuk referensi boleh-boleh saja. Tetapi untuk dimasukkan
ke dalam tulisan kita, kita harus hati-hati dalam menuangkannya ke tulisan
kita. Esai lebih kepada cara pandang kita secara pribadi. Apapun yang
dibicarakan tentunya menurut sudut pandang kita pribadi. Nah untuk hal esai
cgp, saya menjelaskan bahwa yang kita ceritakan itu harus pengalaman terbaik
kita dalam mengajar. Bukan saja mengajar tapi saat kita berada di sekolah pun
kita bisa menceritakannya. Selanjutnya saya memberikan contoh esai yang ada
pertanyaannya sebagai panduan agar bisa menulis esai. Saya sengaja mencopy esai
dengan tujuan sebagai dokumentasi saya. Saya kemas sebagai tulisan saya, bukan
sebagai esai contoh cgp.
Alhamdulillah akhirnya..Pak Nanang bisa
menyelesaikan esai yang cukup melelahkan. Saya membaca berulang-ulang dan saya
tidak mengubah tulisan apapun. Dari sana saya terus memberikan motivasi, bahwa
ini bagus dan ini akan terus Pak Nanang kembangkan untuk ke depannya. Saya
sangat bahagia sekali, ketika sekarang Pak Nanang sedang menjalani pendidikan
cgp angkatan 8 sebagai penerus SMP Negeri 1 Gekbrong Kab. Cianjur
Kejadiannya, ketika saya menjalankan tugas
sebagai guru piket. Ketika saya berkeliling kelas saya menanyakan kepada siswa
langsung dan bahkan hampir 30 menitan habis untuk mengobrol dengan anak-anak
yang tidak ada gurunya. Akhirnya mereka merasa senang, saya menanyakan kepada
siswa sebenarnya apa sih yang kalian inginkan dalam belajar itu. Dan akhirnya
saya mendapatkan informasi yang sangat otentik dibandingkan dengan angket atau
wawancara secara resmi.
Saya, harus lebih memahami dunia anak-anak.
Dunia mereka itu berbeda dengan dunia guru. Jika kita telah masuk ke dunia
mereka, pasti lambat laun bahkan secepatnya kita akan diterima di hati mereka.
Saya harus segera merealisasikan keinginan para murid itu. Agar mereka hatinya
kita dapatkan. Sebagai contoh, mereka selalu ingin makan di saat sudah waktunya
masuk jam pelajaran. Di sini saya membuat sebuah aturan, walau waktu itu tidak
dimasukkan ke dalam kesepakatan kelas karena saya belum mengetahui kurikulum
merdeka. Dalam rangka meraih hati mereka akhirnya saya memperbolehkan mereka
untuk minum dan makan permen saat pembelajaran berlangsung. Ternyata mereka
sangat antusias. Dari sini saya arahkan, boleh makan permen asal jangan permen
karet, apalagi permen karetnya di pletak-pletuk. Dari sini mereka bisa mulai
untuk belajar.
Tidak hanya pengetahuan yang saya ambil
tentunya, tetapi saya lebih mengarah kepada perubahan sikap yang dialami siswa
atau peserta didik. Contoh kecil, ketika anak-anak semua, siap dalam melakukan
praktik seni budaya. Dalam praktik mengarsir atau latihan mengarsir. Saya dalam
hati sudah merasa ini berhasil. Karena sebelum melaksanakan peserta didik sudah
siap. Dan ternyata setelah dalam pembelajaran mereka sangat antusias sekali.
Tagihan yang saya minta tentunya tidak sama.
Alhamdulillah...pada pembelajaran seni
budaya, untuk latihan mengarsir. Mereka sangat antusias sekali dalam mengikuti
pembelajaran. Saya beri kebebasan mereka bisa sambil makan makanan ringan, atau
minum minuman dingin, asalkan mereka menjaga kebersihan kelas. Dari sini saya
sangat bahagia dengan mereka mengerjakan latihan yang dilakukan pada
pembelajaran seni budaya.
Syarief
Hidayat, Guru Bahasa Sunda dan Seni Budaya
SMP Negeri 1 Gekbrong Kab.
Cianjur, Guru Penggerak Angkatan 6
Komentar
Posting Komentar